Rabu, 01 November 2017

SERAPAH SI PAHIT LIDAH

SERAPAH PUYANG SI PAHIT LIDAH

 Artikel ini hanya sekedar sharing saja, bukan untuk di perdebatkan. Jika ada pembaca yang lebih paham tentang Legenda ini, kami persilahkan untuk mengkoreksinya dan meluruskan. Sepanjang hal itu dapat menambah nilai-nilai kebersamaan, serumpun dan seketurunan guna menjaga nasab dari pelaku sejarah yang menjadi Legenda Sumatera Selatan ini.

GUMAY adalah nama seorang DIWE yang turun kedunia dan mulai betapak di Padang Selase ( Bukit Siguntang ) di palembang. Ngawak Diwe mule-mule :

Diwe Gumay beristrikan anak Ratu Bengkulu. Waktu tersebut hampir bersamaan dengan terjadinya perang antara Bengkulu dan Aceh.Menurut ceritanya, Diwe Gumaylah yang dipanggil oleh bakal istrinya untuk menyudahi perang tersebut. Sehingga membuat perang tersebut berakhir dengan istilah : Atjeh kalah-Bengkulu Silah.

Dari pernikahan itu, Diwe Gumay mempunyai dua anak :
Ratu Iskandar Alam
Ratu Selibar Alam.

( Ratu Selibar Alam pergi ke Pagaruyung-Minangkabau dan keturunannya ada dipagaruyung )

Ratu Iskandar Alam, berputra :
Ratu Djemenang Sakti, berputra :
Ratu Gandjaran, berputra :
Ratu Menggale ( Semenggale ), berputra :
Ratu Semenggali, berputra :
Ratu Berdjunjang Sakti, berputra :
Ratu Radje Kuase ( Meradje Mengkuse ), berputra :
Ratu Radje Mude ( Ratu Kebuyutan ), yaitu Ratu terakhir.

Ke sembilan Ratu ini disebut “ RATU SEMBILAN DJUNDJANG “ ( Gilir ). Dari keturunan yang kesembilan ini, Ratu Radje Mude ( Ratu Kebuyutan ) mempunyai dua orang anak.
Raden Simbang Gumay
Putri Renik Debung. Beliau menjadi istri Puyang Saing Nage didalam laut.

raden simbang gumay sendiri mempunyai 9 orang anak dari 2 istri. Anak-anak beliau ini disebut PUYANG SEMBILAN BERADEK. Nama anak-anak beliau adalah :
Puyang Remandjang Sakti, napak BALAI BUNTAR-Lubuk sepang, Lahat.
Puyang Intan permata Djagat,ngadekan ds.Prabu menang. Puntang Suku Merapi.
Puyang Pandjang,di Panda Enim.
Puyang Endang, di Lintang Kanan.
Puyang Remindang, ditangga Rase ( Manna )
Puyang Limpak, di Air Balui ( Musi Ulu )
Puyang Limparan, di Lubuk – Kayu Are
Puyang Untu, di Niru / Rambang Prabumulih
Puyang Remuntu, di Tjinte Mandi ( Redjang Bengkulu )

Dan keturunan selanjutnya sampai sekarang adalah anak cucu dari Puyang Remandjang Sakti. Kembali pada Kisah Puyang Si Pahit Lidah, beliau mempunyai nama dan gelar yang banyak. Masyarakat Palembang dan sekitarnya mengenal beliau dengan nama-nama- antara lain dibawah ini :
Diwe Sekilung / Sukemilung : Nama Saat Sedang Musafir
Diwe Serunting : Nama Asli
Diwe Rakuan : Nama Saat Berperang
Diwe Si Mata Ampat : Nama Keramat Bisa Melihat Dari Belakang
Diwe Lenggang Pati : Nama Keramat Bisa Mendatangkan Ribuan Angin Berdengung
Diwe Lian Pati : Nama Budi Pekerti Lemah Lembut Dan Shabar
Diwe Malin Pati : Nama Kebesaran Pemimpin

Menurut legenda Kesaktian beliau ada di lidahnya.Diantara berbagai macam keramatnya adalah beliau mempunyai Ucapan ( Kalimat Sakti ) yang bisa membuat apapun yang disumpahnya menjadi seperti yang di ucapkannya. yang dikenal dengan nama “ UCAP GUMAI .“ ilmu ini menjadi semacam tradisi yang terus menyambung sampai ke anak cucunya. Tanpa harus dipelajari. Yang masih menyimpannya kemungkinan besar hanyalah Para Jurai Kebale’an ( Tetua Adat suku Gumai, Keturunan dari Puyang Tuan Radje ).

Yang menarik dari kisah ini adalah, kami mendapatkan sebuah SERAPAH / KALIMAT yang sumbernya disebutkan berasal dari Puyang Si Pahit Lidah. Kalimat ini di tulis oleh KH. Bahri bin Pandak, Tanjung Atap Ogan Ilir Palembang didalam kitabnya yang berjudul Aurodul Hakiim. Dan beliau menyebutkan, mendapatkan Kalimat ini dari Ujo’ Agus, Air Pedaro. ini bacaannya;

Bismillahir rahmaanir rahiim…

Assalamu’alaikum kang malih jati

Wa’alaikum salam warohmatullahi wa barakaatuh

Ing ang pangeran akulah pangeran pati

Biso tedong biso si pahit lidah

Biso dibisakan kau oleh allah ta’alaa

Aku dikuasakan aku waliyullah

Berkat laa ilaha ilallah muhammadur rasulullah…( sebut hajat kita )

Disebutkan bahwa kalimat itu berguna sebagai sambatan / wasilah tawasul atas sesuatu keperluan yang kita butuhkan. Selama kita meyakini dan tulus dalam ucapan, kalimat sederhanapun bisa menjadi mantra mujarab untuk jalan keluar yang kita butuhkan. Terlebih disaat kepepet.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar